Saturday 26 January 2013

Tradisi desa tempilang

salah satu ciri khas dari daerah ini adalah Tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang atau juga biasa disebut Ruah, .Perang Ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat Pantai Pasir Kuning, Tempilang.

Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di daratan & lautan. Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari roh-roh jahat. Oleh karena itu, mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tradisi ini dimulai.
Namun, berdasarkan cerita rakyat, tradisi ini sudah ada ketika Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Ada juga yang menyatakan, kegiatan ini telah dilaksanakan sejak zaman penjajahan Portugis. Yang jelas upacara ini terus digelar secara turun- temurun hingga kini. Upacara ini memakan waktu selama dua hari.

Hari pertama, upacara dimulai pada malam hari dengan menampilkan beberapa tarian tradisional mengiringi sesaji untuk makhluk halus yang diletakkan di atas penimbong atau rumah-rumahan dari kayu mentangor. Para dukun kemudian memulai upacara.
Hari kedua, upacara Perang Ketupat yang dimulai dengan terlebih dahulu menampilkan tari Serimbang. Dukun laut dan dukun darat bersanding membacakan mantra-mantra di depan ketupat yang berjumlah 40 buah. Setelah itu, ketupat disusun rapi di atas tikar pandan. 20 Pemuda(pesilat) pun diatur berdiri. Mereka saling berebut dan saling lempar ketupat. Setelah suasana kacau, salah seorang dukun meniup peluit tanda perang ketupat tahap pertama selesai. Setelah itu dilanjutkan perang ketupat tahap kedua dengan proses yang sama tapi pesertanya adalah penonton yang bersedia merasakan perang ketupat itu. Upacara Perang Ketupat itu kemudian diakhiri dengan upacara Nganyot Perae (upacara menghanyutkan perahu mainan dari kayu) ke laut sebagai tanda mengantar para makhluk halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang. Keistimewaan upacara ini tampak pada kemasan acara yang penuh dengan tarian tradisional (tari Campak, tari Serimbang, tari Kedidi, tari Seramo, tari Kamei, tari ngesai wak wak,) dan upacara tambahan seperti upacara Penimbongan, Ngancak, dan Nganyot Perae. Dalam upacara ini pengunjung seakan diajak masuk ke alam mistis ketika secara tiba-tiba empat dukun secara bergantian tidak sadar (trance). Dukun ,disadarkan yang satu, dukun satunya lagi tidak sadar hingga semua dukun mengalami trance. Pelaksanaan Upacara Perang Ketupat ini dipusatkan di Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Upacara ini dilaksanakan menjelang bulan puasa (Ramadhan).

Pengunjung juga bisa berkunjung kerumah-rumah yg ada disekitar karna ruah ini sama halnya seperti idulfitri & idul adha yang selalu menyiapkan kue dan ketupat. Jarak dari ibukota Kabupaten Bangka Barat (Mentok) ke lokasi sekitar 36 km. Pengunjung disarankan menggunakan kendaraan pribadi karena kendaraan umum yang menuju desa dan lokasi upacara sangat jarang. Pengunjung tidak ditarik biaya. Di desa dan sekitar pantai ini, pengunjung juga bisa dengan mudah menemukan rumah makan.

No comments:

Post a Comment